Langsung ke konten utama

Postingan

Siapa?

Ini pertanyaan menarik, dan saya sudah selesai dengan diri sendiri sejak umur 20-an. Saya juga sempat 'galau' ketemu orang takut, minder, tidak percaya diri di usia sehabis menyelesaikan pendidikan formal di Madrasah Tsanawiyah. Terus gimana caranya? Mulai dari pertanyaan, kita ini siapa dan mau kemana? Dan saya akhirnya menjalani apa saja yang ada di depan saya saat itu, apa saja. Beneran. Pada suatu titik saya menemukan apa yang saya sukai, lalu tekuni. Karena setiap kita punya kecenderungan, ini sudah ditulis sebelum kita lahir, jauh disana.   Dan saya tercerahkan dengan penjelasan 'seseorang' dengan perkataan ini :   Kita mau menghadap Tuhan nanti sebagai apa? Presiden? Orang yang mengambil tanggung jawab dalam keluarga ? Orang yang mengurusi urusan orang banyak? Orang biasa saja yang penting tidak merugikan orang lain? Dan lain seterusnya…. Udah, gitu aja. 😌
Postingan terbaru

Itikaf

  Entah sudah berapa kali saya menulis tema ini, tapi akan saya coba ulangi lagi. Barangkali bisa memberikan sedikit arti. Saya mengenal kata ini dari tahun dua ribu tiga belas. Kisah Nabi menghabiskan sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan berdiam diri di Masjid di tahun itu sukses membuat saya tidak mudik ke kampung halaman di hari - hari menjelang lebaran, dari tahun itu, tahun berikutnya dan tentu saja tahun ini. Kenapa? Pertama, tentu saja ingin mengikuti tuntunan Sang Junjungan. Yang pastinya tidak sempurna. Kedua, waktunya jiwa pulang, mencoba mendekat, berusaha dekat dengan Sang Pemilik Jiwa. Ketiga, cara pandang melihat dunia saya telah sangat berubah dengan mengasingkan diri dari hiruk-pikuk banyaknya aktivitas menjelang lebaran. Bisa kasih contohnya? Wah banyak sekali listnya. Enaknya sih sambil ngobrol menikmati senja. Lah. Yang sederhana, tidak ribet beli baju lebaran, keperluan lebaran dan lain sebagainya. Karena memang sudah disiapkan sebelumnya. Haha. Saya pernah baca ki

Niat

Tuan, Engkau yang paling tahu.. Tentang puja - puji, ciptaan-Mu paling rentan tertipu, cenderung untuk itu.. Ridha Tuan, harusnya selalu. Tapi niat bisa terbolak - balik, terbisik oleh si penipu.. Maka, Tuan. Tetapkan hati hamba, untuk selalu, selalu berpihak kepada-Mu.  

Idealisme

  Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda. Tan Malaka. Elu masih idealis Ndri? Sampai saat ini sih masih. Menolak tua, idealisme tidak mengenal angka. Haha. Beruntung sekali pihak yang masih bisa mempertahankan idealismenya di zaman yang katanya kalau nggak makan yang haram nggak keduman ( kebagian ). Masih bisa menjadi orang yang yakin, yang halal, yang banyak, yang berkah itu nyata. Bahwa Tuhan, memang sesuai prasangka hamba-Nya. Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu (kumpulan malaikat). HR. Bukhari, Muslim.

Mantra

  Tidak berguna kata - kata apabila dia sekedar menjadi kata yang tak terlaksana. Di zaman banyak kata - kata hanya menjadi janji, tetaplah tabah melaksanakan kata - kata yang engkau yakini. Harga diri lelaki adalah dia yang perkataannya berusaha ditepati sampai mati. Kalau tidak dengan itu, memang dengan apalagi? xxxxxxxxx Kata-kata itu bisa mati. Kata-kata juga akan menjadi beku meskipun ditulis dengan lirik yang indah atau bersemangat. Kata-kata akan menjadi seperti itu bila tidak muncul dari hati orang yang kuat meyakini apa yang dikatakannya. Dan seseorang mustahil memiliki keyakinan yang kuat terhadap apa yang dikatakannya, kecuali jika ia menerjemahkan apa yang dia katakan dalam dirinya sendiri, lalu menjadi visualisasi nyata dari apa yang dia katakan. Sayyid Quthb.

Kembali Lagi

  Panggilan itu terasa mendadak, sama sekali tidak menyangka. Di tengah kesibukan masa muda, berusaha menyatukan puzzle - puzzle semesta. Harus berhenti dan menerimanya. Tentu saja harus diterima dengan suka cita. Inilah panggilan, undangan yang tidak semua pihak dimampukan menjawabnya. Lantas, dengan alasan macam apa menolaknya? Kini, setelah delapan tahun lamanya. Dengan kerinduan sangat dan sedikit memaksa. Tidak sendiri ingin kembali, membawa belahan jiwa, sempurna agama. Wahai, Mekkah - Madinah.

Believer

  Keren banget kata favoritnya. Yaelah buat click bait aja ini mah. Tapi masih relevan, cuma ganti bahasa saja. Iman. Kata itu saya dapatkan dari sebuah lagu dari grup nasyid asal Malaysia, Raihan. Sewaktu masih usia taman kanak-kanak, Ibu saya punya satu albumnya. Dan saya tertarik, mungkin terdoktrin juga tanpa sadar mendengarnya. Memang itulah kuatnya kata - kata, bisa menjadi mantra. Begini penggalan liriknya, yang menghiasi, menemani hari - hari saya, seorang children of broken home kuat menghadapi kenyataan yang dulu rasanya menyakitkan, tapi nyatanya sekarang menguatkan. Iman tak dapat diwarisi Dari seorang ayah yang bertaqwa Ia tak dapat dijual-beli Ia tiada di tepian pantai Walau apapun caranya jua Engkau mendaki gunung yang tinggi Engkau berentas lautan api Namun tak dapat jua dimiliki Jika tidak kembali pada Allah Ya, walaupun naik turun. Tapi tanpa kata : iman. Entah bagaimana ceritanya.

Nolep

  No live, tidak hidup, terjemahan bebasnya tidak ada kehidupan, anti sosial dan lain sebagainya. Lu pernah? Pernah lah. Gile aja nggak pernah. Sebelum memvalidasi tujuan, masih haus pengakuan. Saya kira semua orang mengalaminya. Bedanya saya dipaksa sejak dini saja. Untungnya.. ( Tuh kan masih untung ) Dalam masa - masa itu, orang tua, terutama Ibu. Memberikan saya banyak kesempatan bertumbuh. Apa pun itu.. Beliau yakin bahwa, aku akan menemukan jalan ninjaku! Mulailah, masa - masa nolep saya membaca berbagai macam buku karya ulama - ulama klasik seperti Al Ghazali dan lainnya, kitab Ihya, cerita nabi cerita sahabat hasil menjarah koleksi paman yang tentu saja terjemahan. Hasilnya, saya menjadi Sufi dadakan. Haha. Banyak menulis catatan, yang tidak akan pernah dipublikasikan. Eh, tapi periode SMS masih jadi andalan sering kirim pesan 'kebaikan' secara massal. Teman saya yang baca ini, pasti paham. Terus nggak ceritanya? Lanjut part dua.. Lah, jadi kek influencer. Selanjutnya,